MENGENAL MANOJ PUNJABI

Dinasti kerajaan sinetron, Multivision, telah membelah. Adalah enerasi kedua, Manoj Punjabi 35 tahun, yang membangun MD Entertainment pada September 2004.
Selain mencetak puluhan sinetron dan film layar lebar, pria berdarah India ini, juga dikenal sebagai pencetak bintang baru. Benarkah dia "putra mahkota" yang dipersiapkan sebagai penerus kerajaan film rintisan duo kakak beradik Raam dan Damboo Punjabi?
Lima tahun belakangan ini, selain Leo Sutanto yang dikenal sebagai "pencetak" sinetron dan layar lebar melalui SinemArt, tersebutlah Manoj Dhamoo Punjabi, pemilik MD Entertainment. Lelaki berdarah India kelahiran Jakarta, 7 Desember 1972 ini sudah sejak usia kanak menggilai tontonan film. Film telah mendarah daging. Kegemarannya pada film memang tak lepas dari pengaruh orangtua dan pamannya 'Damboo dan Raam Punjabi' yang berbisnis di dunia hiburan ini sejak tahun 70-an.

Jauh sebelum membangun bidang usaha hiburan sendiri -- MD Entertainment -- pada bulan September 2003, Manoj menempa ilmu di perusahaan milik keluarga, Multivision. Dan ia kini bisa disebut sebagai raja sinetron. Tak terhitung sinetron yang diproduksi dan merebut perhatian pemirsa, di antaranya, "Dia", "Ikhlas", "Si Yoyo", "Bawang Merah Bawang Putih", serial; "Legends" dan banyak lainnya. Di antara beberapa sinetron produksinya, seperti contoh "Bawang Merah Bawang Putih" menduduki rating teratas selama 30 minggu! Ini prestasi pertama yang diraih sebuah rumah produksi.

Dua tahun belakangan, layar lebar ia rambah. "Kala", "Suster Ngesot", "Lanang Sewu", "Beranak Dalam Kubur" dan "Ayat-Ayat Cinta" meluncur meramaikan kancah perfilman nasional yang sedang bergeliat. Lebih utama lagi, tak terhitung berapa banyak ia mencetak bintang muda.

Tak urung, hari-hari pria beristrikan wanita cantik berdarah India bernama Shania ini, bertabur wanita muda, segar dan berparas cantik-cantik. Bagaimana penyuka olahraga ini menyikapi ?

Anda dikenal pencetak bintang muda. Tapi, di antara para bintang itu tidak sedikit yang cepat redup. Ini merupakan strategi bisnis Anda untuk memperoleh honor yang murah?

Ini bukan sekedar soal honor, tetapi regenerasi. Mencetak bintang muda itu merupakan target saya, dan MD membuktikan. Bila di antaranya kemudian ada yang langsung redup, itu memang akan terjadi oleh berbagai sebab. Perputaran itu memang harus cepat.
Untuk sebuah tontonan, nampaknya wajah cantik sangat menentukan, ya?

Selain wajah cantik, cerita yang bagus sama menentukannya. Cerita merupakan jantung dari kesemuanya. Untuk film, selain pemainnya harus berwajah cantik, nama terkenal ikut berpengaruh, dan skrip harus bagus. Sedangkan sinetron, skrip harus kuat, keindahan fisik tidak terlalu diunggulkan. Untuk saya sendiri, wanita cantik itu secara fisik bagus, penampilan menarik, diimbangi hati yang baik, cerdas dan intelek.

Anda dikelilingi wanita-wanita muda, segar dan cantik. Pastinya tidak sedikit yang cukup menjerat hati. Bagaimana Anda menyikapi godaan?

Dunia ini godaannya memang luar biasa. Tapi, pekerjaan saya yang sangat menyita waktu, telah membuat saya tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain di luar pekerjaan saya. Tanggung-jawab pekerjaan saya sangat besar. Banyak orang yang bergantung dengan perusahaan yang saya pimpin. Nah, kalau saya salah melangkah, habislah semua yang sudah terbangun. Mudah-mudahan saya tidak mengalami.

Bagaimana Anda membina hubungan dengan para "bintang"?

Saya sih simpel saja. Saya berupaya menjalin hubungan atas dasar profesional, namun sangat terbuka. Saya seringkali bikin party dengan mengundang para bintang yang bekerjasama dengan MD. Tujuannya agar hubungan kesemua menjadi lebih dekat dan terbuka.

Masyarakat India di Indonesia banyak yang berbisnis pakaian, atau minyak wangi, dan film. Anda sendiri tertarik film karena dibentuk oleh keluarga?

Sebelum masuk dunia film, saya pernah mencoba berbisnis garmen. Tapi jiwa dan pikiran saya tidak di sana, karenanya saya tinggalkan. Dalam darah saya mengalir deras film. Ini tidak lepas dari saya tumbuh di tengah keluarga pecinta dan berbisnis hiburan. Orangtua, bamboo Punjabi dan paman saya, Raam Punjabi, bergabung mendirikan usaha produksi film. Tapi saya tidak bisa dibilang adanya faktor arahan dari orangtua. Saya sendiri, mengenal film sejak usia 6-7 tahun. Di usia kanak itu saya sudah keranjingan nonton film. Zaman dulu nonton film di tv itu tidak semudah sekarang. Untuk bisa nonton film dengan beragam cerita, itu harus lewat kaset atau laser disc yang itupun tidak mudah didapat. Semisal mau menyewa, harganya mahal. Untuk saya film itu suatu entertainment yang sangat mewah dan segala-galanya.

Bagaimana sih proses yang Anda alami di bisnis hiburan ini?

Usia remaja saya suka ke kantor film milik keluarga, Parkit Film di daerah Senen. Saya sering memperhatikan ketika orang sedang meng-edit film. Begitu juga sewaktu pengisian suara, saya ke Interstudio. Dari sana ketertarikan saya pada film semakin dalam. Setamat sekolah di Gandhi Memorial School, Jakarta, saya pun kerja di perusahaan keluarga, Multivision mulai tahun 1995. Padahal sebenarnya, waktu itu saya ingin melanjutkan pendidikan tinggi ke Amerika untuk perfilman. Tapi karena kesulitan uang, keinginan tersebut saya urungkan.

Padahal kiblat perfilman di Asia Tenggara adalah India. Kok Anda tidak pilih ke sana?

Jiwa saya lebih ke Indonesia. Kiblat saya untuk film adalah Hollywood. Alasan saya, cara berpikir dan pembuatan filmnya sangat berbeda sehingga hasilnya lebih realitis. Pikiran saya lebih cenderung ke sana.

Anda bergabung di perusahaan keluarga karena tawaran posisi dan penghasilan yang bagus? Artinya, dalam karier dan penghasilan, Anda tidak perlu merayap dari bawah.

Pertama saya bekerja di sana, sebagai nobody. Benar-benar dari yang paling bawah, nol. Tapi disitulah saya berkesempatan belajar, mulai di bagian produksi, editing, sampai skrip. Kecuali untuk finance, saya pelajari sebatas ingin tahu saja. Artinya, untuk menjalankan perusahaan harus tahu hitungan secara global. Hal itu lebih agar saya tidak mudah ditipu.

Jadi, setelah Anda tahu seluk beluk bisnis film dan sinetron, Anda meninggalkan Multivision. Bisa dibilang Anda 'tidak setia'?

Sebenarnya, sampai detik terakhir bekerja di Multivision di tahun 2002, saya belum tahu mau melakukan apa di luar sana. Selepas dari multivision, barulah saya berpikir untuk membangun usaha sejenis. Saya lepas dari Multivision, akibat beda visi. Begitupun hubungan saya dengan ayah dan paman, tidak terganggu. Malah, saya dengan perusahaan baru ini tetap melibatkan ayah saya.

Saat itu usia Anda terbilang muda, 30 tahun, tapi berani mengambil keputusan besar. Apa sih yang menjadi dasar dari keberanian Anda itu?

Keputusan ini untuk kebaikan keluarga juga. Kita membuka lembaran baru. Membangun MD Entertainment, ini saya memulainya dari nol. Mulai dari memikirkan tempat, isinya, prasarana hingga para profesional yang akan bergabung dengan saya. Dan saya tidak mau tanggung-tanggung. Saya memilih yang teratas, dan itu baru policy saya. Saya memang menjadi harus mati-matian. Gebrakan pertama, untuk awal-awal produksi sinetron, MD memasang Tamara Bleszyinski, Lulu Tobing, Primus, Teuku Ryan dan beberapa bintang top saat itu.

Cenderung nekat, ya. Boleh tahu darimana modal yang Anda peroleh?

Tentu ada faktor pendukung seperti pengalaman. Kalau soal modal atau besar investasi disini, sebagian dari pinjaman bank di samping modal pribadi. Hanya saja yang paling besar dalah kemauan kita itu.

Apa yang menjadi keyakinan Anda bahwa keputusan Anda bakal membuahkan kesuksesan?

Dalam bayangan saya, keinginan saya itu harus terwujud. Untuk itu saya harus berani. Dengan sikap saya ini maka orang lain menilai bahwa saya serius dan tidak main-main. Mereka pun percaya dengan visi saya. Keyakinan saya berdasarkan pengalaman, dan juga memegang prinsip bahwa kalau kita benar-benar mau sesuatu, kita bayangkan dan pikirkan, disertai kerja lebih keras maka hasil yang besar itu pasti datang, dan itu pasti terjadi.

Ada arti khusus bagi Anda kata singkatan MD?

Beberapa orang memang bilang MD singkatan Multi Dimensia. Padahal tidak juga. Pertimbangan saya dengan dua huruf MD itu, masyarakat kita suka sekali dengan singkatan. Contoh, Kartika Candra menjadi KC, Pondok Indah Mal disingkat PIM. Nah berangkat dari sana, saya pilih MD, terasa kuat, cocok dan supaya trend. Kalau dibilang singkatan dari Manoj Damoo, itu kebetulan saja, hehe...

Apa yang membedakan produksi sinetron Anda dengan sinetron produksi lain?


Awal produksi, saya membuat sinetron drama, sementara di masa itu trend sinetron Betawi. Di tahun pertama produksi, saya sendiri langsung turun tangan untuk mendapatkan hasil yang prima. Saya tidak segan-segan memanggil profesional di bidangnya untuk mendukung produksi saya. Produksi awal, saya langsung menggebrak tiga sinetron sekaligus, "Dia", "Three In One" dan "lkhlas". Dan itu adalah sejarah. Padahal, untuk ketiga sinetron itu, saya belum jualan ke stasiun tv. Sekarang produksi kami sudah ada standar.

Sinetron produk Anda nampaknya lancar-lancar saja diterima stasiun televisi. Apa sih kiatnya?

Kebanyakan begitu. Bisa jadi karena kemasannya berbeda. Digarap oleh sutradara berkelas seperti Encep Masduki, Nanang Isetiabudi, dan Emil GH. Didukung bintang-bintang ternama seperti Tamara Blezinsky, Lulu Tobing, Teuku Ryan, Primus dan Ari Wibowo.

Setelah sinetron, Anda pun memproduksi film dan cenderung mengusung tema horor. Karena menjual?

Setelah sinetron, harus ada kenaikan dong, yaitu film. Nah, kalau tema film yang saya buat cenderung horor, karena memang lagi trend. Saya bikin film untuk ditonton orang di bioskop. Dari situ saya mendapat kepuasan. Saya membuat film, masih dengan hati dan tetap memakai konsep, lho.

Bisnis Anda rasanya lancar-lancar saja. Arti kegagalan bagi Anda?

Sedari tadi bicara saya tentang kemulusan usaha. Tetapi sebenarnya, saya juga banyak mengalami kegagalan. Sinetron pertama yang saya produksi, semula rating-nya sangat buruk. Setelah melampaui banyak perubahan sana-sini, mulai episode selanjutnya barulah mulai menunjukkan kenaikan. Begitu juga dengan film. Film pertama yang saya buat berjudul "Kala", itu hancur di pasar. Jadi ada turun ada naik. Tinggal mengatasi bagaimana cara kita bangkit kembali ketika sedang turun.

Bisa Anda katakan, siapa orang paling berjasa dalam kehidupan Anda?

Saya kira istri dan ibu saya. Mereka menyimpan kepercayaan dan memiliki keyakinan pada diri saya. Makanya mereka memberi dukungan habis-habisan untuk saya melangkah ke depan. Dan tentu juga, tidak usah saya katakan, ayah saya, pak Damoo tak henti mengikuti kiprah bisnis saya. Sudah pasti saya didoakan.

Setelah berhasil membangun kerajaan sinetron - film, Anda akan mempersiapkan salah seorang dari anak Anda sebagai pewaris mahkota?

Saya tidak mau memikirkannya dulu, karena takutnya nanti malah mengecewakan. Bisa jadi sikap saya ini seperti sikap orangtua saya yang tidak pernah mengarahkan anaknya untuk terjun ke bisnis hiburan. Orangtua memberi kebebasan pilihan anaknya. Yang pasti, saat ini MD Entertainment kan banyak memiliki orang profesional.

Tahun 2008 ini, sinetron seperti apa yang bakal booming?

Sinetron akan tetap didominasi drama remaja. Alasannya, setiap orang pernah remaja sehingga ketika nonton sinetron percintaan anak remaja, dirinya akan bilang,"iih, itu gue banget".

Wanita pendamping hidup Anda juga berdarah India, malah masih kerabat. Hasil perjodohan?

Saya sangat jatuh cinta dengan dia, sehingga kami menikah. Ini bukanlah hasil perjodohan. Empat tahun proses saya mendekati istri hingga dia menyatakan menerima lamaran saya.

Apa yang membuat Anda jatuh cinta?

Wanita yang saya nikahi ini terbilang dari keluarga yang sanpat berkecukupan, cerdas dan berpendidikan tinggi. Tapi sikapnya yang low profile, itulah yang membuat saya jatuh cinta. Di mata saya dia wanita paling cantik, baik, dan manis sekali.

Apa anti cinta bagi Anda?

Itu sangat segalanya. Kalau boleh saya mengatakannya, cinta adalah sikap mendukung dan pengertian yang diberikan oleh pasangan saya. Contohnya, walaupun saya jarang bertemu dengan anak-anak, selain hari Sabtu dan Minggu, tapi istri saya bisa membuat hubungan saya dengan anak-anak menjadi tidak jauh. Dan itu sungguh luar biasa. Dan itu arti cinta.

Dalam hidup Anda, pernahkah menangis?

Saya sendiri, rasanya pernah mengeluarkan air mata ketika anak pertama lahir. Air mata itu muncul tanpa disadari, sebagai ungkapan segala rasa yang tak terkira. Saya pikir, pria menangis boleh saja.

Ketika pria berselingkuh dianggap wajar, wanita pun melakukan hal yang sama. Setujukah Anda?

Tidak setuju. Alasannya, yah tidak bisa diterima saja. Aduh, ini pertanyaan menarik tetapi sangat sulit untuk saya jawab. Atau begini, saya melihat wanita selingkuh akibat pria pasangannya selingkuh. Si wanita merasa sah-sah saja melakukan itu. Tapi menurut saya itu bukan solusi. Pada dasarnya, saya bukan hanya tidak bisa menerima wanita berselingkuh, pria berselingkuh pun saya tidak bisa menerimanya.

Andai Anda dilahirkan kembali, Anda ingin sebagai apa?

Saya tidak ingin sebagai apa-apa selain seperti saya saat ini. Mempunyai orangtua yang sama, istri dan anak-anak yang sama-sama. Karena saya sangat beruntung bisa memiliki mereka.

Apa kira-kira obsesi yang ingin Anda capai?

Mudah-mudahan di usia saya ke 40 tahun, saya ke Amerika dengan membawa uang puluhan juta dollar. Uang itu akan saya gunakan sebagai modal untuk membuat film yang hasilnya bisa ditonton oleh orang di seluruh dunia.


DATA 2009
Sumber: Male Emporium

BACA SELENGKAPNYA...


MENGENAL RAM PUNJABI

Raam Punjabi yang mempunyai nama lengkap Raam Jethmal Punjabi (lahir Surabaya, 6 Oktober 1943) adalah seorang produser film dan sinetron di Indonesia. Dia mengaku sebagai produser paling sukses saat ini dengan rumah produksinya Multivision Plus.

Raam Punjabi yang berdarah India ini lahir di Indonesia di kota Surabaya pada tanggal 6 Oktober 1943, merupakan produser film dan sinetron yang sukses. Raam Punjabi dari tahun 1962 sampai 1963 bekerja disebuah perusahaan tekstil sampai pada tahun 1964 ia merintis sebuah usaha impor tekstil sampai pada akhirnya pada tahun 1969 ditinggalkannya. Ketertarikan anak ketiga dari tujuh putra-putri pasangan Jethmal Tolaram Punjabi dan Dhanibhai Jethmal Punjabi ini pada dunia perfilman sudah datang dari sejak kecil, dimana terkait dengan hobinya menonton film dan kebiasaannya keluar masuk bioskop.

Pada tahun 1967, Ram bersama dua kakaknya Dhammoo Punjabi dan Gobind Punjabi mendirikan perusahaan importir film, PT Indako Film dengan modal Rp 30 juta. Tiga tahun kemudian, ia mendirikan PT Panorama Film (1971-1976) yang bersama PT. Aries Internasional Film memproduksi film Mama karya sutradara Wim Umboh tahun 1972 yang merupakan film Indonesia pertama yang menggunakan seluloid 70 milimeter, tapi kurang laku ketika dilempar ke pasar. Kemudian kembali Raam memproduksi film Demi Cinta yang dibintangi Sophan Sophiaan dan Widyawati. Namun film produksi keduanya ini termasuk biasa-biasa saja dalam peredarannya. Akhirnya di film produksinya yang ketiga Pengalaman Pertama bintang terang menghampirinya. Film ini dibintangi Roy Marten, Yatie Octavia, dan Robby Sugara. Pada tahun 1980-an ketika kondisi perfilman Indonesia sedang terpuruk, Raam malah sukses, membawa trend film bertemakan komedi di perfilman Indonesia dengan menampilakan bintang komedi pada saat itu trio Warkop (Warung Kopi) yaitu Dono, Kasino dan Indro.

Dalam kurun waktu tujuh belas tahun awal karirnya sebagai produser, Raam telah memproduksi lebih dari seratus film termasuk lewat PT Parkit Film yang ia dirikan pada 1981. Pada tahun sekitar tahun 1989 dimana kondisi perfilman Indonesia benar-benar hancur, Raam yang sebagai seorang produser film tidak kehilangan akal. Dia berhasil berpikir cepat dan cemerlang, Ram beralih ke dunia sinetron yang pada saat itu memang baru dan juga seiring dengan munculnya stasiun televisi swasta pertama yaitu RCTI. Raam melihat hal tersebut sebagai peluang yang baik dan itu terbukti dengan suksesnya serial sinetron komedi Gara-Gara, yang dibintangi Lydia Kandou dan Jimmy Gideon .

Pada tahun 1990 ia mendirikan rumah produksi PT Tripar Multivision Plus dengan modal Rp. 250 juta.

Pada tahun 2004, buku biografi Raam Punjabi berjudul Panggung Hidup Raam Punjabi telah dikeluarkan. Buku setebal lebih dari 300 halaman dan disusun oleh Alberthiene Endah itu banyak mengetengahkan sisi kehidupan Raam Punjabi. Buku tersebut ini diterbitkan Grasindo (kelompok penerbit milik PT Gramedia).

Keluarga
Raam mempunyai 4 saudara yaitu Dhamoo,Nanki,Jaiwanti dan Gobind. Raam menikahi Raakhe Punjabi pada tanggal 16 April 1971.

Raam mempunyai 3 anak yaitu:
Ameet Punjabi namun meninggal 1985
Kharisma
Amrit


PERUSAHAAN

PT. Parkit Film [1977]
PT Rapi Film (dalam royalti)[1981]
PT Parkit Commercial Production[1983]
PT Inem Film (dalam royalti)[1986]
PT Kanta Indah Film (dalam royalti)[1987]
PT Virgo Putran Film (dalam royalti)[1987]
PT Tiga Cakra Film [1989]
Sarinande Films (dalam royalti)[1989]
PT Tripar Multivision Plus (Multivision Plus)[1990]
Trimulti Film 1997

BERSAMBUNG
DATA 2009

BACA SELENGKAPNYA...